Jumat, 07 Desember 2018

Penerapan Sikap Syajaah dalam Kehidupan Sehari-hari

A. Berani
Keberanian berasal dari bahasa latin yaitu Cor yang berati “jantung”, dan bahasa Perancis Corage yang berarti “hati dan jiwa” atau cuer, yang berarti “hati.” Maksudnya, untuk memiliki keberanian harus memiliki hati untuk menghadapi ketakutan, bahaya atau sakit yang diperlukan dalam membela kebenaran, kehidupan rumah, mata pencaharian, budaya keluarga, maupun keyakinan.
Jadilah Muslim Pemberani!
B. Sumber Keberanian
Marilyn King (dalam Indra : 2010) mengatakan bahwa keberanian kita secara garis besar dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu
1. Visi (vision), yakni tujuan (goal) yang ingin kita capai.
2. Tindakan nyata (action), berupa usaha yang kita lakukan dalam mengupayakan tercapainya tujuan.
3. Semangat (passion), kondisi untuk tetap bertahan dalam rangka usaha untuk memperoleh tujuan.
Ketiga hal tersebut mampu mengatasi rasa khawatir, ketakutan, dan memudahkan kita meraih impian-impian.
C. SYAJA’AH
Syaja’ah artinya berani, tetapi bukan berani dalam arti siap menentang siapa saja tanpa mempedulikan apakah dia berada di pihak yang benar atau salah, dan bukan pula berani mempeturutkan hawa nafsu, tetapi berani yang berlandaskan kebenaran dan dilakukan dengan penuh pertimbangan (Ilyas, 2012 : 116).
Menurut pandangan Islam, berani tidaklah ditentukan oleh kekuatan fisik, tetapi oleh kekuatan hati dan kebersihan jiwa. Rasulullah SAW bersabda
“Bukanlah yang dinamakan pemberani itu orang yang kuat bergulat. Sesungguhnya pemberani itu ialah orang yang sanggup menguasai dirinya diwaktu marah”. (HR. Muttafaqun ‘Alaih)
Kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri (hawa nafsu) ketika marah adalah bentuk keberanian yang muncul dari hati yang dan jiwa yang kuat.
D. Bentuk – bentuk Keberanian
Menurut Ilyas (2012 : 116), keberanian tidak hanya ditunjukkan dalam peperangan, tapi juga dalam berbagai aspek kehidupan. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
1. Keberanian Jihad Fii Sabilillah (mengahadapi musuh dalam peperangan).
Sebagai seorang muslim harus berani maju untuk berperang dalam membela kebenaran sampai menang atau mati syahid. Hal ini sebagaimana terdapat dalam QS. Al- Anfal ayat 15-16,
“Hai orang –orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka diwaktu itu (mundur), kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya adalah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya”.
Rasulullah telah mencontohkan hal ini dalam perang Badar, dengan pasukan 300 orang berani menghadapi lawan yang jumlahnya tiga kali lipat (sekitar 1000 orang) dan ternyata Rasulullah bersama sahabatnya berhasil mencapai kemenangan.
2. Keberanian menyatakan kebenaran (kalimah al-haq) meskipun di depan penguasa yang zalim.
Dalam hal ini Rasulullah bersabda :
“ Jihad yang paling afdhal adalah memperjuangkan keadilan dihadapan penguasa yang zalim”. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
3. Keberanian untuk mengendalikan diri tatkala marah sekalipun dia mampu melampiaskannya.
Hal ini telah dibahas pada sub-bab sebelumnya.
E. Sumber Keberanian
Menurut Raid ‘Abdul Hadi dalam bukunya Mamarat Al-Haq (dalam Ilyas, 2012 : 118), ada tujuh faktor yang menyebabkan seseorang memiliki keberanian :
1. Rasa takut kepada Allah SWT.
Selama seseorang yakin bahwa yang dilakukannya dalam rangka menjalankan perintah Allah, maka orang tersebut tidak takut kepada siapapun kecuali Allah SWT. Apabila ada yang membuatnya takut, maka dia harus yakin bahwa Allah adalah penolong dan pelingdung.
“Cukuplah Allah yang menjadi Penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”. (QS. Ali-Imran : 173)
2. Lebih mencintai akhirat daripada dunia
Perlu dipahami bahwa dunia bukanlah tujuan akhir, namun hanya sebagai jembatan menuju akhirat. Seorang muslim tidak akan ragu meninggalkan dunia asalakan dia mendapat kebahagiaan di akhirat.
3. Tidak takut mati
Apabila ajal sudah datang, tidak ada yang dapat mencegah atau lari darinya. Kematian adalah sebuah kepastian dan setiap orang pasti akan mati.
“Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu didalam benteng yang tinggi lagi kokoh…”. (QS. An-Nisa :78)
Seorang muslim tidak akan takut mati, apalagi mati dalam Jihad.
4. Tidak ragu-ragu
Salah satu yang menyebabkan munculnya rasa takut adalah perasaan ragu-ragu. Apabila seseorang ragu dengan kebenaran yang dia lakukan tentu dia akan menghadapi resiko. Tetapi apabila dia penuh keyakinan maka muncullah keberanian. Rasulullah SAW mengajarkan :
“Tinggalkanlah apa yang meragukanmu, menuju apa-apa yang tidak meragukanmu”. (HR. Tirmidzi dan Nasa’i)
5. Tidak menomorsatukan kekuatan materi
Kekuatan materi diperlukan dalam perjuangan, tetapi materi bukanlah segala-galanya. Allah yang menentukan segala sesuatu.
6. Tawakal dan yakin akan pertolongan Allah
Orang yang berjuang untuk kebenaran tidak pernah takut, karena setelah berusaha dengan keras maka dia akan bertawakal dan memohon pertolongan kepada Allah SWT,
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya…” (QS. Ath-Thalaq : 3)
7. Hasil Pendidikan
Sikap berani lahir melalui pendidikan yang diterapkan dirumah, sekolah, masjid, maupun lingkungan. Sebagai contoh, anak yang dididik dan diasuh oleh orang tua pemberani juga akan tumbuh dan berkembang menjadi pemberani.
F. Jubun (Penakut)
Lawan dari sifat Saja’ah adalah Jubun (Al-Jubn), yaitu penakut. Penakut adalah sifat tercela, sifat orang-orang yang tidak benar-benar takut kepada Allah SWT. Peribahasa Arab mengatakan :
“Siapa yang takut kepada Allah, Allah akan membuat segala sesuatu takut kepadanya. Sebaliknya siapa yang tidak takut kepada Allah, maka dia akan membuat dia takut kepada segala sesuatu”.
SUMBER ; http://www.ngekul.com/sikap-berani-syajaah-dalam-islam/4/ , https://www.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidup-muslim/read/2016/01/01/86606/jadilah-muslim-pemberani.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar